Jumat, 23 November 2012

Pengrajin Sepatu Turun-temurun yang Datangkan Rezeki

Pengrajin Sepatu Turun-temurun yang Datangkan Rezeki

Kayrul (50) sedang mengerjakan tempahan sepatu yang bahanya terbuat dari kayu, untuk memenuhi kebutuhan permintaan, yang berlokasi di Jalan Bromo, Medan. Senin (21/5) Orbit / Antonius Samosir
Kayrul (50) sedang mengerjakan tempahan sepatu yang bahanya terbuat dari kayu, untuk memenuhi kebutuhan permintaan, yang berlokasi di Jalan Bromo, Medan. Senin (21/5) Orbit / Antonius Samosir

Laporan Antonius Samosir
Banjirnya toko dan pedagang sepatu di kota Medan ini tak sebanding dengan jumlah pengusaha sepatu. Pengrajin tempahan sepatu masih terbilang sedikit, pasalnya butuh keuletan dan keahlian yang khusus untuk membuat bentuk sepatu yang maksimal. Apa lagi cara pembuatnya secara manual dan yang lebih banyak mengunakan tangan sendiri ketimbang mengunakan mesin.
Kayrul (50), salah seorang pengrajin cetakan sepatu yang tinggal di Jalan Bromo Medan, menceritakan saat berhasil ditemui harian ORBIT. Awal ia memulai usaha sekitar 25 tahun yang lalu, sungguh waktu yang sangat lama bukan. Belajar dari orangtuanya yang juga pengrajin cetakan sepatu saat itu, usaha ini sudah  dilakoni dari generasi-kegenerasi, sejak dari kakeknya sampai keorang tuanya dan akhirnya dijalaninya hingga sekarang.
Tanpa rasa jenuh dan bosan Kayrul tetap semangat menekuni dan melajutkan usaha nenek moyangnya. Meski sekarang diusianya yang sudah setengah abad,  Kayrul masih tetap berkreasi mengikuti model sepatu yang trend muncul saat ini. Begitupun ia tetap belajar bagaimana usaha masih tetap lancar dan mampu memenuhi permintaan. “Pembuatan cetakan sepatu butuh keahlian dan kesabaran, cara kerjaanya banyak mengunakan tangan sendiri tanpa bantuan mesin sehingga harus hati-hati. Bila rusak atau gagal, maka resikonya lumayan juga, mulai dari kecelakaan kerja yang bisa melukai tangan dan kerugian,”bebernya.
Kayrul menjelaskan cara pengerjaannya, dimulai penentuan pola sesuai ukaran yang ditentukan, lalu pemotongan kayu. Setelah itu bentuk kayu itu di desain menjadi bentuk sepatu.
Terakhir barulah masuk ketahap pengerjaan akhir, merapikan sesuai bentuk dan ukurannya. Sedang bahan pembuatanya adalah kayu laban dan kayu aloban. Jadi tidak semua kayu bisa digunakan jadi bahannya karena sesuai pengalanman kayu ini sangat bagus digunakan dan gampang diproses, dan biasanya pasokan dari kayu ini dari Namuukur, Binjai.
“Kita sudah langganan sama mereka, jadi apabila butuh bahan tinggal hubungi saja, dan diantar langsung ketempat jadi kita tidak perlu repot, yang menjadi kendala yaitu keterbatasan permintaan. Biasanya konsumen kita dari pabrik sekali pesan 12 lusin cetakan sepatu. Selain dari pabrik toko sepatu juga menjadi langganan namun permintaanya sangat terbatas, jadi lebih fokus sama pabrik saja,” katanya.
Kayrul menambahkan setiap karyawan biasanya bisa menghasilkan enam pasang cetakan sepatu setiap hari. Dengan keadaan ini kita harus bekerja keras agar bisa memenuhi permintaan. Dan masalah harga sudah kita sesuaikan dan sudah disepakati dengan pelangangan yaitu Rp60.000/pasang sampai Rp80.000/pasang dan disesuaikan dengan ukuran.Namun untuk partai besar kita kasih diskon khususnya langganan tetap,”ujarnya.

0 komentar:

Posting Komentar